BAKIT – Aktipitas Ponton tambang ilegal di perairan Belembang Desa Bakit Kecamatan Parit Tiga Kabupaten Bangka Barat samangkin parah. Tampak hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari bibir pantai, kondisi ini tentunya semangkin membuat resah warga khususnya yang biasa melaut. Sementara pihak kepolisian setempat terkesan hanya menghimbau tanpa ada upaya penertiban dan penegakan hukum.
Demikian yang disampaikan salah satu warga setempat yang biasa disapa bang Jul saat menghubungi wartawan fkbnews.com melalui sambungan telpon, Minggu,(3/11/2024).
” Hari ini memang ada mobil patroli dari Polsek Jebus datang ke lokasi, memberikan himbauan kepada penambang agar mengeser ponton mereka sehingga tidak mendekati bibir pantai, namun faktanya masih himbauan tersebut tak digubris oleh penambang,” kata bang Jul
Bang Jul sepakat, bahwa apa yang telah diberitakan sebelumnya oleh media ini, pihak APH itu jangan hanya bisa menghimbau dan sekedar memberikan peringatan terus menerus, namun harus ada tindakan tegas berupa penertiban dan penegakan hukum terhadap para penambang yang saat ini justru kian tak terkendali.
” Mantab isi beritanya, memang benar itu Pak. Kalau APH itu tidak ada kepentingan dalam maraknya aktivitas di laut Belembang. Ayo buktikan, proses secara hukum. jangan hanya menghimbau, kalau bicara kampung tengah (perut) sebagai alasan. Kita dengan oknum aph hanya beda baju saja, akan tetapi bicara kampung tengah semua perlu di isi. Tapi kan tidak lantas aktivitas ilegal dan yang merusak lingkungan itu justru dibiarkan,” sindir bang Jul dengan nada kecewa.
Oleh karenanya, dia berharap aktivitas penambangan di laut Belembang ini diatur sebaik mungkin, jangan sampai mengganggu wilayah atau tempat warga yang biasa melaut untuk mencari ikan.
” Kita berharap aktivitas yang ilegal ini agar diatur sebaik mungkin, jangan sampai laut tempat warga mencari makan justru terganggu,” harapnya.
Bang Jul mengakui bahwa sejak maraknya penambangan di laut Belembang, sebagai nelayan dirinya sulit melaut lantaran banyaknya perahu spead lidah yang hilir mudik yang dirasakan ancaman bagi jaring ikan saat ditebarkan.
“Kita sebagai nelayan merasa sulit melaut lantaran banyaknya ponton dan perahu spead lidah yang hilir mudik sehingga dikhawatirkan berbahaya terhadap keselamatan ketika akan menebar jaring ikan. Sebab itu, lebih baik kita memilih rehat untuk melaut daripada beresiko,” ungkap bang Jul.
“Sementara kontribusi dari hasil aktivitas tambang tersebut sangat minim terhadap warga yang berprofesi sebagai pelaut. Jujur saja saya katakan bahwa minggu ini kita memang ada terima duit 300 lebih ribu, itu saja selama dua minggu,” akunya.
” Memang wacana untuk di bentuk panitia itu ada, akan tetapi belum juga terealisasi. rencananya akan diterima fie 25000/kg. Kalau itu kan sudah jelas dan terarah bisa ketahuan masuk dananya, bisa untuk masjid, bisa ke panitia, bisa ke masyarakat. akan tetapi kemungkinan agak sulit, lantaran setiap warga inginnya punya binaan ponton masing masing, sehingga hasilnya lebih besar dan salah satu sifat keserakahan,” sesalnya.
Sementara itu, sumber lain saat menghubungi wartawan fkbnews.com, Minggu malam sekitar pukul 23.30 wib mengatakan bahwa baru saja terjadi peristiwa pengancaman terhadap ibu – ibu yang biasa meminta jatah reman(nyanting) di setiap ponton.
” Tadi kisaran pukul 19.00 wib ibu – ibu yang biasa nyanting di ponton – ponton inisial Sn, Ei, Ea dapat ancaman dari pekerja ponton mengunakan pisau, sehingga ibu – ibu tersebut merasa ketakutan. Menurut informasinya ponton tersebut milik Adi warga pendatang dengan memiliki 10 unit ponton binaan, artinya dugaan kita ada orang kuat di belakangnya, beruntung peristiwa tersebut sempat terdengar aparat sehingga kejadiannya bisa diredam dan kondisi tidak diinginkan itu belum sempat terjadi dan pekerja ponton yang mengancam tersebut pun di bawa ke Polsek Jebus untuk di mintai keterangan,” ungkap sumber media ini.
Sumber menambahkan bahwa aktivitas penambangan di laut Belembang saat sudah tidak kondusif lagi. Pihak aparat diminta untuk segera melakukan penertiban sebelum terjadinya korban jiwa.
“Artinya aktivitas penambangan di laut Belembang mulai tidak kondusif. Kita minta pihak aparat kepolisian setempat dapat segera menghentikannya, sebelum terjadi korban jiwa,” pintanya.
Adi yang disebut sumber selaku pemilik ponton sebanyak 10 unit serta upaya pengancaman yang di duga dilakukan anak buahnya belum berhasil di konfirmasi dan hingga saat ini masih terus di upayakan konfirmasi lanjutan.
Sementara Toni selaku ketua BPD Desa Bakit saat di minta tanggapannya terkait info yang menyebutkan adanya keterlibatan wakil BPD saura Fiter selaku orang kepercayaan bos Niko juga belum memberikan tanggapan.
Sementara Fiter selaku wakil ketua BPD Desa Bakit saat diminta klarifikasinya seputar namanya yang di sebut selaku orang kepercayaan Niko (bos timah setempat), justru hanya menjawab singkat.” Maaf baru balas ada apa pak,” jawab Fiter.
Niko yang di sebut – sebut pemilik ponton sekaligus penampung hasil timah dari aktivitas tersebut juga masih diupayakan konfirmasinya.
Demikian juga halnya, Kapolsek Jebus dan Dirkrimsus Polda Babel saat dikonfrmasi perihal tersebut, hingga berita ini ditayangkan belum memberikan tanggapannya. (Bust)