BANGKA – Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit masyarakat.
Dalam peraturan dasar negara, setiap masyarakat Indonesia mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Namun sayangnya, hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu oleh pasien pada kenyataannya seringkali jauh dari yang diharapkan. Seperti halnya kondisi pasien RSU Provinsi Babel. Pasien atas nama Ayu ini justru harus terlantar di rumah singgah RSUP dengan kondisi rumah yang memprihatinkan ditambah dengan jasa petugas kesehatan yang harus ditebus dengan biaya Rp100.000 dalam sekali pelayanan.
Hal tersebut diungkap Ari suami dari Ayu pasien RSUP saat dibincangi wartawan di rumah singgah RSUP, Senin (10/11/24). Menurut Ari, dia bersama istrinya (pasien) sudah menempati rumah singgah di Air Anyir sejak 19 hari yang lalu.
“Sudah 19 hari bang kami di sini,” ungkapnya.
Lantas bagaimana bentuk pelayanan pihak RSUP terhadap istrinya yang terbaring di lantai yang hanya dialasi dengan kasur tipis? Ari pun mengungkapkan jika dirinya harus mengeluarkan uang rp100.000 untuk petugas kesehatan yang datang memeriksa kesehatan istrinya.
“Untuk pemeriksaan terhadap istri biasanya ada perawat dari pihak rumah sakit yang datang, saya bayar rp100.000. Tapi kalau nebus obat, saya pakai BPJS. Sedangkan makan-minum, saya beli sendiri di warung,” ucapnya.
Sementara itu, kondisi rumah singgah RSUP yang ditempati pasien asal Parit Tiga Bangka Barat ini terlihat cukup memprihatinkan. Pada sebagian plafon atap sudah ambrol, demikian juga kran air di toilet tak mengalir.
“Kalau atapnya dak bocor, cuma plafonnya sebagian ambrol dan kran air di toilet kadang ngalir kadang dak. Ni sudah empat hari dak ngalir,” keluh Ari.
Terkait hal tersebut, Direktur RSUP dr. Astrid Ira Ajeng saat dikonfirmasi justru membantah jika pihaknya tidak pernah menarik biaya apapun kepada pasien.
“Biaya pemeliharaan utk rumah singgah blm tersedia shg kami tdk pernah menarik biaya apapun kpd pasien yg menggunakan,” kata dr Ira via whatsap, Senin (11/11/24).
Soal petugas kesehatan yang melakukan pengecekan di rumah singgah, dr. Ira justru mengatakan jika pihaknya tidak pernah mengirim petugas kesehatan.
“Kami jg tdk pernah mengirim petugas kesehatan ke rumah singgah untuk mengecek kesehatan pasien shg tdk ada biaya apapun yg kami tarik,” katanya.
“Jika ada hal2 yang sekiranya menyimpang, silahkan melaporkan ke loket pengaduan kami di lobby utama gedung C untuk kami ambil tindakan lebih lanjut. Tks,” tukasnya.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak terkait lainnya masih diupayakan konfirmasinya. (Red)