FKBNews.com, MENTOK, — Sudah hampir menjadi perbincangan masyarakat setiap hari, pantai Enjel Dusun Kemang Masam Desa Air Putih Kecamatan Mentok Kabupaten Bangka Barat kini jadi incaran para penambang karena hasil timahnya yang menggiurkan. Hanya saja para penambang menggunakan TI Sebu untuk menambang sehingga terbilang sangat tradisional.
Berdasarkan informasi, para penambang yang beruntung kadang bisa mendapatkan 2 kampil hingga lebih pasir timah (satu kampil rata-rata 50 kilogram, red) dalam satu hari, hanya bermodalkan peralatan tambang sederhana ini.
Seperti diketahui, TI Sebu salah satu peralatan tambang timah masyarakat paling sederhana, hanya menggunakan satu mesin penyedot air biasa 8,5 PK, menggunakan 1 hingga 4 batang pipa “pralon” dengan mata pralon terbuat dari besi. Mata pralon ini kemudian dirajuk ke tanah sedalam kemampuan jumlah pipa lalu pasir dalam tanah dihisap keatas menggunakan mesin untuk selanjutnya ditampung di sakan yang sudah disediakan.
Teknik tambang sederhana di Pantai Enjel ini namun hasilnya ternyata lebih dari cukup. Sebab satu kilogram pasir timah dihargai pengepul hingga Rp 180 ribu per kilogram basah karena kadar timahnya yang bagus
“Alhamdulillah lah, ade lah hasilnya. Kemarin bae dapat 2 kampil. Satu kilo diambik Rp 180.000. Nih kemarin turun Rp 175 ribu. Kerja tiga hari lah balik modal. Nih rencana mau tambah beli mesin 2 harga Rp. 13 juta, ” ujar seorang-ibu dalam bincang-bincang dengan Forum Keadilan Babel (FKBNews.com), belum lama ini sesaat hendak beranjak ke pasar.
Pantauan media ini tadi malam, Rabu, (13/11/24), puluhan bahkan mungkin ratusan TI Sebu beraktifitas di sepanjang pantai Enjel, mirip arena pasar malam karena dimeriahkan lampu.
Salah seorang warga setempat, saat dikonfirmasi membenarkan TI-TI Sebu ini bekerja malam hari karena menyesuaikan pasang surut air laut.
“Kalau surutnya malam mereka bekerja malam hari sampai pagi. Hasil timah di jual ke YG (inisial, red), YG nanti melempar lagi ke bos besar. Yang kita sesalkan desa tidak mendapat apa-apa. Lalu cemane dengan lansia?, ” ujar sumber tersebut.
Lalu Siapa YG?
Hasil penelusuran, YG ternyata salah seorang perangkat desa lain yang terlibat mengumpulkan dan jual beli pasir timah hasil para penambang TI Sebu di pantai Laut Enjel. YG sendiri beristrikan warga Dusun Kemang Masam sehingga diduga leluasa jadi pengepul dalam praktik jual beli pasir timah ilegal di dusun ini. Wartawan masih berupaya mengonfirmasi AG terkait keterlibatan dalam jual beli timah ini.
Mirisnya terkait dengan viralnya penambang timah di pantai Enjel, pemerintah dusun setempat dibuat hampir tak berdaya dengan membiarkan kekayaan mineral itu jatuh ke tangan para kolektor besar tanpa memberi manfaat untuk desa setempat.
Kadus Kemang Masam, Puput, tak banyak berkomentar saat dikonfirmasi dan ia mengatakan pihak dusun tak terlibat praktek ilegal ini.
“Mohon maaf sy tidk ikut campur terkait hal itu Bg. Sbnernya bg itu bkn ursn sy sllu kdus,, ap kewngan sy bg,, Area itu kn abg udh tau seperti apa, “tulis Kadus Kemang Masam, Puput dalam pesan WA nya, saat dikonfirmasi belum lama ini.
Kendati viral keberadaan TI Sebu ini, hanya warga dusun setempat atau penambang yang mengatasnamakan warga dusun Kemang Masam yang oleh warga diperbolehkan bekerja di lokasi Pantai Enjel ini. Ini dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK) dusun setempat.
Hingga berita ini diturunkan, wartawan masih berupakan mengonfirmasi pihak Polres Bangka Barat terkait ilegal mining dan praktek jual beli pasir timah ilegal oleh oknum tertentu. Mengingat, tambang ilegal salah satunya masuk dalam atensi Presiden RI yang baru, Prabowo Subianto untuk segera ditertibkan.(Tim).