Penulis: Rudy // Editor: Rudy
FKB news.com, MENTOK, — Kondisi pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo (BUMN, red) di Mentok yang oleh masyarakat akrab disapa Pelabuhan Limbung saat ini memprihatinkan. Terpantau, Sabtu, (29/4/23), kondisi air laut di kolam pelabuhan kering-kerontang mirip lapangan bola.
Surutnya air laut ini diperkirakan terparah sepanjang mata memandang. Bahkan terlihat sejumlah kapal nelayan dan perahu berukuran GT terjebak dalam lumpur tak bisa bergerak hingga terpaksa harus menunggu air laut pasang naik.
Banyak yang menduga kondisi surut hingga terparah ini karena sedimentasi akibat aktifitas tambang timah di bagian hulu. Namun banyak juga yang berpendapat hal ini sudah sering terjadi akibat tidak ada pekerjaan pemeliharaan.
“Pada acara temu dengan Bupati dan Pelindo juga saya pernah bilang keras bahwa selama 25 tahun Pelindo tidak mengurus pelabuhan kuno dan situs ini maka sudah selayaknya Pemda Babar ambil alih… ” ujar Alfani MA salah seorang pegiat budaya di Bangka Barat melalui kritikannya dalam pesan medsos.
Menanggapi kondisi pelabuhan ini, perwakilan PT Pelindo di Mentok, Herman Agun dikonfirmasi kemarin, membenarkan banyak setiap tamu yang datang mempertanyakan kondisi pelabuhan ini.
“Saya sering kedatangan tamu selalu dipertanyakan dalam hal masalah kedangkalan dan pengerukan. Saye juga prihatin, cuma saya tidak dapat berkata lain kalau untuk pengerukan tidak akan bisa kita lakukan, karena volume lumpur dan sebagainya tidak terbendung lagi mengingat menimbang pasca tambang timah yang hingga sekarang masih beroperasi, ” ujar Herman dikonfirmasi (FKBnews.com) beberapa hari yang lalu.
Menurut Herman, hanya satu cara yang bisa menyelamatkan pelabuhan umum tersebut yakni perusahaan harus memasang atau membangun Dam (talud) kiri dan kanan pada alur masuk kolam pelabuhan sepanjang 300 meter ke arah titik suar yang ada. Selanjutnya dilakukan pekerjaan penghisapan lumpur untuk kemudian dibuang atau ditimbun ke arah Dam kiri dan kanan supaya nanti bisa jadi daratan.
“Selanjutnya bisa kita bangun lagi untuk fasilitas yang akan kita perlukan untuk kepentingan perusahaan Pelindo, ” terang Herman.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Bangka Barat, Andre saat menghubungi media ini mengaku prihatin terhadap kondisi pelabuhan yang menurutnya berlangsung sudah cukup lama.
Akibatnya kata Andre banyak kapal terutama jenis kapal nelayan yang merasa terganggu akibat terjebak dangkal. Termasuk kapal-kapal lain yang mengangkut barang dan sembako.
“Baiknya diambil alih aja pengelolaannya oleh pemerintah daerah. Kita sangat mendukung tentu akan memberikan konstribusi terutama untuk pendapatan daerah. Kondisi ini sudah lama dibiarkan seolah tidak ada perhatian, ” ujar Andri yang mengaku risih.