Smelter PT BSAL Sudah Lama Tak Beroperasi Tapi Rutin Kirim Timah Balok Belasan Truk dari Tanjung Pandan ke Pangkalpinang, Begini Persetujuan RKAB dan Luasan IUPnya di Belitung

by -

BELITUNG – “Jam 4 pagi tgl 1 ad pengiriman timah balok 15 truk dari Belitung ke Bangka di pelabuhan Pangkal Balam”. Demikian informasi yang diterima redaksi fkbnews.com dari seorang sumber di Belitung, Minggu (1/12/24) sekira pukul 05.20 WIB. Sayangnya, dari sumber media ini menyampaikan bahwa saat dirinya hendak masuk ke Pelabuhan Tanjung Pandan, mobil yang ditumpanginya tidak diizinkan untuk memasuki area pelabuhan.

“Kame lagi di pelabuhan gak bisa masuk kedalam,” ujarnya.

Situasi di pintu pelabuhan Tanjung Pandan, Belitung, Minggu (1/12/24) pagi.

Kendati demikian, dari penelusuran informasi didapati bahwa sebanyak lima belas truk yang mengangkut timah balok (tin ingot) rencananya akan dikirim melalui Pelabuhan Tanjungpandan, Belitung menuju Pelabuhan Pangkalbalam, Pangkalpinang dengan menumpang KM. Srikandi, Sabtu (30/11) malam.

Dikutip dari Satamekspos.com disebutkan bahwa Doni selaku petugas gerbang pelabuhan ketika ditanya wartawan membenarkan adanya pengiriman tersebut dan 15 truk yang dimaksudkan sudah terparkir di area dermaga sejak sore Sabtu (30/11).

“Rencananya akan diberangkatkan subuh nanti Minggu (1/12) sekitar pukul 04.00 WIB dini hari dengan menggunakan KM. Srikandi.” ujarnya, Minggu (1/12) sekira pukul 00.30 WIB.

Sementara itu, Koordinator Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli KSOP Kelas IV Tanjung Pandan, Iswandi, S.I.Kom, M.M ketika dihubungi Satamexpose.com via selular membenarkan adanya aktivitas pengiriman timah dalam bentuk balok tersebut.

“Benar, ada pengiriman timah balok sebanyak 15 mobil truk dengan tujuan Pulau Bangka milik PT. BSAL,” ujarnya.

Iswandi juga mengatakan pengiriman itu menggunakan agen pelayaran Bukit Merapin Nusantara Line.

Berdasarkan data lapangan, diketahui bahwa smelter PT BSAL dan lokasi IUP di Jl Manggar Tengah, RT 015 B/005, Kelekak Datuk, Desa Badau, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung, sudah beberapa tahun terakhir tidak beroperasi.

Dari data Kementerian ESDM RI diketahui PT Babel Surya Alam Lestari (BSAL) mendapat persetujuan RKAB 2024 Mineral Logam 02012024 ESDM RI dengan nomor 188.4/51/ESDM/DPMPTSP/2020 berlaku sejak tanggal 09/05/2020 sampai 09/05/2025 dengan luas wilayah IUP seluas 117.20 hektar di Kabupaten Belitung tanpa rincian lokasi IUP berada di Kecamatan dan Desa mana.

Data perusahaan PT BSAL di web Mineral One Data Indonesia (MODI). Foto: screenshot. 

Dari sejumlah pemberitaan, PT Babel Surya Alam Lestari (BSAL) terkonfirmasi pada periode Oktober-November 2024 sebanyak 2 kali mengirimkan balok timah ke gudang Tantra Logistic di Pangkalbalam, Pangkalpinang. Dengan rincian sekitar 10 truk trailer dan 16 truk trailer dan minggu (1/12/24) dini hari PT BSAL kembali melakukan pengiriman balok timah sebanyak 15 truk diduga ke gudang Tantra Logistic di Pangkalpinang.

Pertanyaannya, Dari mana balok-balok timah itu berasal? Padahal smelter PT BSAL sudah lama berhenti mengepul?

Dari data MODI (Mineral One Data Indonesia) diketahui ada dua nama tercatat sebagai pemegang saham yaitu Rudi Sumarli sebesar 90 persen dan Firdaus Hikmi Abdullah sebesar 10 persen.

Masih di dokumen sama, Rudi Sumerli tercatat sebagai Direktur Utama PT BSAL. Sedangkan Firdaus Hikmi Abdullah tercatat senagai Komisaris.

Dikutip dari radarbabel.co selain kedua nama tersebut, mencuat pula nama lain yang dikaitkan dengan PT BSAL. Hanya saja nama-nama yang mencuat belakangan bermain di belakang layar.

Yaitu nama AnTer dan Stv yang diketahui warga Pangkalpinang. Nama lainnya yang juga muncul yang masih satu keluarga dengan AnTer dan Stv adalah Denden.

Denden diduga kuat sebagai pengendali utama dari balik layar atas PT BSAL. Hanya saja, pria ini diduga kuat sekarang sudah tidak berada di Indonesia. Denden dikabarkan lebih banyak bermukim di negara Kanguru, Australia.

Selain itu, nama Denden juga dikaitkan dengan Smelter Rajawali Rimba Perkasa (RRP) dan smelter lainnya di Bangka. Bahkan dalam kasus dugaan korupsi tata niaga timah dengan taksiran kerugian negara mencapai Rp300 triliun, nama Denden santer disebut-sebut terkait kasus korupsi timah tersebut.

Hanya saja, posisinya diduga berada di Australia membuat APH mengalami kesulitan untuk segera memprosesnya atau butuh waktu yang cukup.

Hingga berita ini ditayangkan, pihak PT BSAL, Denden, AnTer dan Stv maupun pihak terkait lainnya masih diupayakan dikonfirmasinya. (Red)