Soal Kegiatan Rehabilitasi Mangrove, Begini Penjelasan BKSDA Sumsel Perwakilan Babel

by -
Dedi saat ditemui wartawan di Kantor Resort Konservasi Insitu Wilayah XVII Bangka, Kamis (23/12/2021)

FKB News, PANGKALPINANG – Kepala Resort Konservasi Insitu Wilayah XVII Bangka, Perwakilan BKSDA Sumatera Selatan, Dedi Susanto memberikan klarifikasi terkait pemberitaan program Percepatan Rehabilitasi Mangrove di Desa Berbura Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka kemarin.

Menurut Dedi, program percepatan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan pihaknya di wilayah Provinsi Kep. Babel secara keseluruhan hanya berkisar 500-an hektar.
“Terbagi di dua lokasi, yakni di Taman Nasional (TN) Gunung Maras dan TW Mendayung. Jadi kalau lokasi kita untuk di Babel tidak sampai seribu hektar,, cuma sekitar 500 an hektar,” kata Dedi saat ditemui wartawan di Kantor Resort Konservasi Insitu Wilayah XVII Bangka, Kamis (23/12/2021).

Dedi mengklaim bahwa pihaknya telah bekerja sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang diberikan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) terkait Program Percepatan Rehabilitasi Mangrove, salah satunya di Taman Nasional Gunung Maras, Desa Berbura, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka.

“Jadi kita ini perpanjangan tangan dari BKSDA Sumatera Selatan, tugas kami melakukan monitoring berkala, di kawasan (Mangrove-red) kami lakukan patroli, memberikan pengarahan lebih lanjut kepada kelompok masyarakat (pokmas) misalnya kalau ada bibit-bibit yang mati, tolong segera disulam, apalagi yang di pesisir kemarin saat itu lagi pasang,” kata Dedi.

Sedangkan luas penanaman di Desa Berbura itu, ada dua Pokmas. Yakni Pokmas Kianak Lestari I dan Pokmas Kianak Lestari II Desa Berbura. Sementara satu Pokmas seluas 50 hektar dengan jumlah bibit sebanyak 250.000 batang, yang dilakukan dengan metode penanaman rumpun berjarak.

“Metode penanaman sudah mengikuti petunjuk teknis pada Rantek karena areal lokasi tanam merupakan alur nelayan atau alur kapal. Kegiatan ini menggunakan program swakelola dan langsung ke masyarakat yang tergabung dalam kelompok masyarakat sehingga dana pemerintah langsung masuk ke rekening anggota kelompok (Acount to acount),” terangnya.

Selain itu, dia menjelaskan, areal penanaman seluas 50 hektar tidak dalam satu hamparan, karena mengikuti topografi setempat (alur sungai, beting/kolam bekas penambangan).

“Saat ini telah tertanam 100 persen arealnya. Berdasarkan monitoring lapangan tidak semua tumbuh. Yang tumbuh secara keseluruhan kira kira 60 sampai 70 persen. Adapun kematian tanaman ini disebabkan kualitas air yang kurang bagus, sampah, gangguan alam (pasang siang, arus kencang, lumpur yang menutupi daun, arus gelombang spedd) dan serangan hama (teritip) dan kemungkinan lain yang akan kami telusuri lebih lanjut. Nah kalau foto yang di beritakan kemarin, itu kondisi air sedang pasang sehingga bibit mangrove tidak terlihat,” terang Dedi.

Bagaimana dengan pengadaan bibit tanaman mangrove, didatangkan dari pihak BRGM atau dari luar? Diakui Dedi jika pihaknya tidak ikut campur soal pengadaan bibit.
“Kalau soal bibit yang ditanam pokmas itu mereka usahakan penyediaan secara mandiri. Kami tidak ikut campur dalam penyediaan bibit tersebut karena itu kewenangan pokmas, namun demikian berdasarkan informasi yang saya dapat mereka ada membeli dari luar,” ungkap Dedi.

Lantas adakah spek yang dipersyaratkan terhadap bibit mangrove tersebut? Dikatakan Dedi hal itu berdasarkan petunjuk dari BRGM.
“Ya itu berdasar petunjuk dari BRGM,” sebutnya.

Sementara, Sekretaris Pokmas Kianak Lestari Il Desa Berbura, Budi Aprianto mengungkapkan, Program Percepatan Rehabilitasi Mangrove dari pemerintah pusat ini telah sangat banyak membantu ekonomi masyarakat terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini.

“Alhamdulillah kegiatan (penanaman mangrove-red) ini kan cukup menghasilkan bagi masyarakat, terbantu juga perekonomian masyarakat setempat. Selain itu proses pencairannya langsung dari BRGM ke rekening pribadi dari masyarakat yang tergabung di Pokmas per Hari Orang Kerja (HOK), proses pencairannya juga cepat,” ungkapnya.(Rom)