FKBNEWS.COM, BANGKA — Tanjungjawab terhadap lingkungan benar-benar diimplementasikan Arsari Tambang PT Mitra Stania Prima (MSP).
Upaya mengembalikan kesuburan dan kelembapan tanah kritis bekas pertambangan masif dilakukan dengan berbagai cara. Satu di antaranya adalah konsekuen memproduksi biochar atau arang aktif yang bertujuan untuk mengembalikan kualitas lahan kritis akibat proses penambangan.
Direktur PT MSP Harwendro Adityo Dewanto mengatakan ada banyak program yang telah dilakukan perusahaan untuk menjaga kelestarian lingkungan alam. Mulai dari rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS), reboisasi atau penghijauan, recovery terumbu karang hingga optimalisasi atau pengendalian limbah termasuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM).
Selain itu, perusahaan juga melakukan komitmen untuk menyuburkan kembali lahan-lahan bekas proses pertambangan dengan biochar atau arang aktif yang diproduksi sendiri bersama kelompok masyarakat.
“Tanggungjawab lingkungan itu bagian dari sebuah kewajiban yang harus masif kami lakukan. Produksi biochar ini adalah bagian untuk itu,” kata Harwendro.
Berbagai program kemasyarakatan melalui PPM perusahaan dipastikan akan melibatkan masyarakat. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan perusahaan yang senantiasa ingin memberikan kesejahteraan dan kehidupan lebih baik kepada masyarakat.
Kehadiran perusahaan kata Harwendro harus memberikan efek positif dalam proses peningkatan taraf hidup dan sosial lingkungan. Maka dari itu, keterlibatan masyarakat dalam setiap program lingkungan menjadi satu hal yang tidak boleh dikesampingkan.
“Perusahaan komitmen untuk bersama masyarakat menjaga lingkungan,” ujar Harwendro.
Manager HRGA PT MSP Feby Ardian mengatakan produksi biochar atau arang aktif sudah dilakukan sejak tahun 2022. Biochar yang diproduksi berbahan baku batok kelapa. Batok kelapa ini kemudian dibakar menggunakan alat yang telah disediakan. Kemudian produk yang dihasilkan berupa arang hitam yang mirip arang pembakaran kayu api pada umumnya.
Hanya saja, biochar atau arang aktif tidak difungsikan sebagai pembakaran melainkan untuk membantu memperbaiki kelembapan tanah atau membantu mengembalikan kualitas tanah yang kritis.
“Biochar ini sudah diujicobakan mampu mengembalikan dan menjaga kesuburan dan kelembapan tanah,” papar Feby.
Ujicoba pemanfaatan biochar ini telah dilakukan dan terbukti memberikan hasil sangat positif. Dari smelter kemudian daerah aliran Sungai (DAS) di Kerakas Kabupaten Bangka Tengah menjadi proyek awal produksi dan penggunaan biochar ini.
Alhasil, kesuburan lahan kritis menjadi lebih baik. Ada banyak tanaman yang ditanam tubuh subur dan memberikan manfaat kepada lingkungan dan masyarakat. Selanjutnya produksi ini akan dikembangkan untuk merehabilitasi DAS dan nursery di Mapur dan Tuing Kabupaten Bangka.
“Ide ini muncul untuk masyarakat. Dan utamanya lahan kritis menjadi pulih dan memberikan kontribusi kepada lingkungan seperti sedia kala lagi,” papar Feby.
Biochar yang diproduksi perusahaan kata Feby memiliki keunikan sendiri. Pasalnya tak hanya arang aktif yang dihasilkan sebagai penyubur tanah. Akan tetapi, selama proses pembakaran asap yang dihasilkan tidak keluar ke alam melainkan diproses kembali melalui penyulingan yang kemudian menjadi produk bermanfaat lainnya yang disebut insektisida dan fungisida alami atau anti hama dan anti jamur.
“Kita melibatkan masyarakat dengan cara mengedukasi sekaligus mengajarkan cara kerjanya dengan alat-laat yang kita sediakan terlebih dahulu. Bahannya dari masyarakat dan manfaatnya juga untuk masyarakat,” ungkap Feby. (Tmi)