Habiskan Anggaran Hingga Puluhan Miliar, Begini Penampakan Gedung Radio Teraphy, MOT Ruang Bedah dan Alkes di RSU Provinsi Babel

by -
Kolase Foto: gedung Radio Teraphy (atas), Ruang bedah operasi (kiri bawah), CT Scan (tengah bawah) dan Linear Accelerator (Linac) X-Ray (kanan bawah).

FKBNEWS.COM, BANGKA – Pelayanan kesehatan masyarakat yang baik dan memuaskan adalah tujuan utama dalam setiap pembangunan gedung dan pengadaan perlengkapan alat alat kesehatan di Rumah Sakit.

Demikian pernyataan yang dilontarkan para Pemimpin baik dari Eksekutif maupun dari Legislatif. Tak terkecuali di Kepulauan Bangka Belitung. Alhasil pada tahun 2021 – 2022, pengadaan sejumlah proyek gedung dan pengadaan Alat Kesehatan (Alkes) di Rumah Sakit Umum Provinsi yang nilainya terbilang fantastis kembali digelontorkan, kendati anggarannya sebagian besar bersumber dari Pinjaman PT SMI.

Proyek peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat itu antara lain, Pembangunan gedung Radio Teraphy sebesar Rp24 miliar, Pengadaan alkes berupa CT Scan, Linear Accelerator- X Ray (Linac) dan Komo Teraphy dan MOT Ruang bedah umum yang total nilai keseluruhan mencapai Rp 60 miliar.

Lantas bagaimana kondisi hasil pembangunan dan pengadaan Alkes tersebut?

Senin (19/6/23) sejumlah media termasuk FKBNEWS.COM berkesempatan untuk meninjau langsung hasil pembangunan gedung Radio Teraphy dan Alkes di RSUP Ir. Soekarno di Air Anyir.

Dalam peninjauan itu, media disambut dengan kondisi listrik Byar Pet. “Nah mati lampu. Jangan kaget ini, hal ini sudah biasa, hanya sebentar, kok” kata Wadir Sarana dan Prasarana Umum RSUP, Alfajri Holpi yang ditemui di ruang kerjanya.

Benar saja, dalam hitungan detik, listrik kembali menyala. Selanjutnya selaku PPK dalam kegiatan pengadaan MOT ruang bedah umum, Holpi mengabulkan permintaan media untuk dapat meninjau langsung gedung MOT ruang bedah umum di gedung utama RSUP.

Sesampainya di depan ruang bedah. Holpi pun menghidupkan lampu ruangan dan menempelkan telapak tangannya di mesin pintu masuk namun sayangnya pintu tidak merespon. “Maaf, mesin scan lagi Error. Kita geser aja pintunya,” kata Holpi sambil menggeser pintu ruang bedah.

Saat pintu terbuka, tampak dalam kamar bedah 1 unit meja operasi, 1 set lampu operasi manual, 1 unit almari untuk peralatan bedah dan lainnya. Namun sejumlah peralatan pendukung ruang bedah lainnya seperti Mesin Anestesi dan Ventilator tampaknya belum tersedia.

Holpi dalam penjelasannya mengungkap bahwa di dalam dinding ruang bedah itu diisi dengan modul dan fasilitas pendukung proses operasi umum.
“Kalau 1 set lampu ini sebagai penerang saat operasi berlangsung. Ini digerakkan secara manual,” ujar Holpi seraya menggerak-gerakkannya.

“Sedangkan meja operasi yang ini dan yang itu tidak satu paket pengadaannya dengan MOT ruang bedah. Artinya diluar dari anggaran Rp5 milyar 700 juta itu ,” kata Holpi seraya menyebut anggaran pengadaan MOT ruang bedah ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2021.

Selanjutnya, Holpi juga mengajak ke gedung Radio Teraphy yang terletak di gedung sebelah untuk meninjau Alkes berupa CT Scan dan Linear Accelerator (Linac) X-Ray. Dalam perjalanan ke gedung Radio Teraphy aliran listrik seringkali byar pet.
“Aneh, pihak RSUP ini justru mengutamakan gedung Radio Teraphy dan Alkes yang nilainya fantastis sementara pasokan aliran listrik malah sering Byar Pet. Bagaimana alkes bisa difungsikan kalau alairan listrik sering Byar Pet,” gumam Roby Babelterkini.com

Saat tiba di gedung Radio Teraphy, Holpi tetiba mengungkap jika anggaran Gedung Radio Teraphy ini senilai Rp24 miliar.
“Kalau soal kondisi gedung ini, tanya saja ke Rifa staf saya. Sebab dia yang ngurus saat pengerjaannya,” tukas Holpi.

Sesampainya di dalam gedung, rombongan media kembali disambut oleh suasana gelap. ” Maaf, aliran listrik mati lagi. Jadi kamar tempat CT Scan gelap sehingga tidak bisa di on kan CT Scan-nya,” kata Holpi di sela peninjauan di ruang CT Scan.

Saat ditanya terkait anggaran pengadaan CT Scan itu, dikatakan Holpi senilai Rp14 Miliar.

Usai meninjau ruangan CT Scan, rombongan media pun dibawa ke ruang Line X-Ray. Kondisi ruang hampir sama, aliran listrik lagi-lagi mati.
“Nah ini namanya Linear Accelerator (Linac) X-Ray harganya berkisar Rp34 miliar. Saat ini tidak bisa di on kan sebab listrik kebetulan lagi padam,” sebutnya.

Sementara untuk pengadaan komoteraphy senilai belasan miliar belum bisa dilakukan peninjauan.
“Saya pastikan alkes yang diadakan pada tahun 2021 dan 2022 semuanya berfungsi dengan baik. Hanya saja kebetulan aliran listrik lagi mati. Jadi tidak bisa dihidupkan alatnya,” tutupnya. (Rom)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *