Penulis: Rudy
FKBNews.com, MENTOK, — Adanya kegiatan penambangan laut secara tradisional menggunakan TI Apung di Perairan Tembelok-Keranggan Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat, seolah memberikan angin segar bagi geliat ekonomi kabupaten ini.
Setelah para pedagang mulai dari pedagang kecil, menengah, pasar, rumah makan, pusat-pusat toko dan perbelanjaan, tempat hiburan termasuk bisnis rumah kontrakan/sewa yang ada di kota Mentok merasakan dampak geliat ekonomi, giliran Mak-mak ternyata juga merasakan meningkatnya pendapatan mereka sehari-hari.
Di Kampung Tembelok, Mentok Asin dan sekitarnya di Kelurahan Tanjung, misalnya, para istri ini tak sungkan melibatkan diri mengais rejeki dari keberadaan ponton isap yang beroperasi.
Para Mak-mak ini seperti terkoordinir saban hari mereka menuju satu ponton ke ponton yang lain yang berada di tengah perairan laut. Menggunakan perahu, ibu-ibu ini terlihat bersemangat. Satu persatu Mak-mak ini mendatangi ponton sembari meminta pasir timah ke penambang yang oleh masyarakat tambang pekerjaan ambil jatah ini lebih dikenal dengan istilah ‘nyanting’.
“Kalau sebelumnya, kita Mak-mak dipersilahkan nyanting langsung ke ponton. Istilahnya memang ada jatah bagi ibu-ibu. Tapi sekarang dak boleh lagi oleh panitia, karena membahayakan. Jadi ibu-ibu tetap nunggu ngambil jatah timah di penimbangan. Kalau di atas 20 kilo biasanya satu canting untuk kita, kalau dibawah 20 kilo, tidak kita pinta, “ujar seorang Mak-mak dalam obrolan santai bersama beberapa awak media di Pantai Tembelok, sambil menyaksikan pasir timah yang masuk di penimbangan, ” Rabu, (2/10/24).
Saat ditanya wartawan berapa pendapatan sehari dari kegiatan nyanting ini? Jawabannya, ternyata nominalnya lumayan.
“Kadang bisa 200 sampai 300 ribu, tergantung jumlah ibu-ibu yang ikut bergabung, ” ujar ibu ini lagi.
Dewi, “ketua perkumpulan ibu-ibu nyanting”, kepada awak media menambahkan, kegiatan nyanting bagi ibu-ibu lumayan untuk menambah penghasilan suami di rumah. Hanya saja kata Dewi, jumlah ibu-ibu yang ikut bergabung sekarang ini, saat ini jumlahnya lumayan banyak dibanding hari pertama atau kedua TI apung Tembelok dibuka.
“Sekarang ini banyak, mungkin jumlahnya ada 100-an ibu-ibu. Kalau awal-awalnya hanya sekitar 30- an orang. Mentok Asin aja ada sekitar 300 kalau dijumlah seluruh ibu-ibunya. Jadi berapa timah yang didapat dari hasil nyanting dalam satu hari, setelah dijual itulah yang kemudian dibagikan kepada ibu-ibu yang bergabung, ” kata Dewi.
Karena itu untuk ketertiban, para ibu-ibu yang tergabung nyanting ini dibekali ID-card atau kartu pengenal. “Iya lumayan untuk tambah-tambah penghasilan. Zaman sekarang ini siapa yang mau ngasih kita 200 ribu sampai 300 ribu sehari, ” Jadi Tembelok-Keranggan buka, berkah juga untuk ibu-ibu seperti kita ini, “ujar Mak-mak yang lain menimpali. (Penyunting: Romli)