Lapor Pak Kapolres! Ada Setoran TI Apung di Perairan Teluk Inggris ke Oknum Anggota Dibalik Aktifitas Siang Hari

oleh -
Caption: Aktifitas TI Apung di perairan Teluk Inggris, Mentok yang terkesan dikoordinasi. (Ist).

Penulis: Rudy

FKBNews.com, MENTOK, — Kapolres Bangka Barat AKBP Pradana Aditya Nugraha boleh jadi bersikap tegas terkait illegal mining di wilayah hukumnya. Namun dibalik ketegasan kapolres ternyata ada setoran TI Apung ilegal dari penambang disebut masuk ke oknum anak buahnya yang sengaja mencari keuntungan.

Tak heran jika razia yang digelar aparat tim gabungan, Sabtu, (31/5/2025) di perairan Teluk Inggris Kelurahan Keranggan Kecamatan Mentok tak mendapatkan para penambang yang bekerja namun hanya meninggalkan ratusan unit ponton yang terapung di tengah laut.

Diduga informasi razia ini sebelumnya sudah dibocorkan karena kuatnya koordinasi antara pemilik TI Apung dengan oknum anggota.

Informasi terkini yang diterima FKBNews.com, aktifitas TI Apung Teluk Inggris, Senin, (2/6/2025), kembali beroperasi hanya beberapa hari aparat gabungan menggelar operasi penertiban.

Adanya koordinasi seperti diutarakan salah seorang penambang TI Apung di Perairan Teluk Inggris, Mentok berinisial F saat bincang-bincang dengan awak media pada Razia Penertiban TI Apung berlangsung oleh tim gabungan.

Dalam wawancara di depan sejumlah awak media dan sempat direkam, penambang ini mengaku bersama Bos nya selaku pemilik TI Apung kerap menjadi korban cantingan dari orang yang silih berganti mengatasnamakan jatah dari berbagai macam sumber cantingan.

Saat ponton bekerja, kata F, beberapa orang biasa yang dikenal “ngereman” mendatangi ponton meminta jatah dengan cara mengambil sendiri pasir timah sehabis dicuci.

Bagi si Reman- demikian sebutan dikalangan penambang, apabila tak kebagian, ia kemudian marah-marah dan tersinggung. Hal ini yang dikuatirkan jadi ribut. Para Reman ada juga yang berkelompok dan meminta jatah cantingan mengatasnamakan jatah kampung serta jatah warga.

Saat ditanya bagaimana dengan oknum Aparat yang kemungkinan memanfaatkan situasi. F -pun spontan menjawab bahwa ada juga bagian yakni berupa uang setoran per ponton setiap minggu.

“Buat aparat ada, kami koordinasi Pak sama AL sama Airud, ” ujar F tanpa ragu-ragu.

Dikatakan F, besaran setoran untuk oknum aparat per minggu yang biasa mendatangi ponton saat bekerja sebesar Rp 250 ribu per unit. Uang ini dikatakan sebagai bentuk koordinasi.

“Yang begawe malam dak koordinasi. Maka itu dia dak berani gawe siang, ” tambah F lagi.

F kembali yakin menyebut yang meminta jatah per minggu adalah oknum aparat karena saat menarik setoran oknum tersebut menggunakan seragam dinas institusi. Bagi pemilik ponton yang tak koordinasi kata F biasanya kemudian hari mereka diamankan.

Bekerja di TI Apung Perairan Teluk Inggris milik Bos, F mengaku sehari rata-rata bisa mendapatkan 30 Kg pasir timah. Harga pasir timah ini oleh kolektor yang beralamat di Kampung Menjelang, Mentok dibeli Rp 90 ribu per kilo tergantung kadar (Sn).

Lalu saat ditanya bagaimana tahu jika bakal ada razia TI Apung keesokan hari? F dengan polos mengatakan biasanya oknum anggota tadi kemudian menelpon pemilik ponton yang sudah diajak koordinasi.

Soal himbauan dari tim gabungan penertiban, F mengaku sudah sekitar 4 -5 kali setahu dirinya himbauan disampaikan agar para penambang menghentikan aktifitasnya. Bahkan kata F waktu himbauan pertama pernah sampai selang TI Apung dipotong oleh petugas. Kendati demikian tak menyurutkan niat para penambang untuk tetap bekerja di Perairan Laut Teluk Inggris sampai hari ini.

Hingga berita ini diturunkan, FKBNews.com masih berupaya mengonfirmasi pihak-pihak yang diduga menerima setoran dibalik aktifitas TI Apung ilegal di Perairan Teluk Inggris Kecamatan Mentok. (Editor: Romli).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *